Groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada
kelompok yang sangat kohesif dimana anggota-anggotanya berusaha
Kondisi»
- Anonimity
- Responsibility
- Anggota kelompok
- Arousal
- Lain-lain (situasi baru,penggunaan obat)
Keadaan Terdeindividuasi
Lost of self – awareness
Lost of self – regulation
- self monitoring. ↓
↓
- gagal memperhatikan norma-norma relevan
- sedikit pakai penguat untuk membangkitkan diri
- gagal melakukan rencana jangka panjang
Perilaku Deindividuasi
Emosi yang impulsif, irasional, regresif, dengan intensitas:
- tdk dibawah kendali stimulus
- melawan norma
- pleasurable } mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
Gejala Deindividuasi:
1. Pencarian kesepakatan yang terlalu dini :
a. Tingginya tekanan konformitas
b. Sensor diri terhadap ide-ide yang tidak disetujui
c. Adanya minguard
d. Persetujuan yang tampak
�� Gate keeping : mencegah informasi dari luar agar jangan sampai mempengaruhi kesepakatan kelompok
�� Dissent containment : mengabaikan mereka-mereka yang memiliki ide-ide yang bertentangan dengan kesepakatan.
2. Ilusi dan mispersepsi
a. Ilusi invulnerability → kelompok selalu benar dan kuat
b. Ilusi moral
c. Persepsi bias tentang out group → buas, jelek, dll
d. Collective rationalizing
Penyebab deindividuasi:
• kohesi yang ekstrem
• isolasi, leadership dan konflik decisional
• proses polarisasi
Pencegahan:
1. Membatasi pencarian keputusan secara dini
a. meningkatkan open inquiry
b. kepemimpinan yang efektif
c. multiple group → subgroup
2. Mengoreksi mispersepsi dan error
a. mengakui keterbatasan
b. empati
c. pertemuan ‘kesempatan kedua’
3. Menggunakan teknik-teknik keputusan yang efektif
Tahap I : kelompok harus terima tantangan dengan memilih solusi yang mungkin terbaik
Tahap II : kelompok harus mencari alternatif solusi dengan membuat daftar
Tahap III : evaluasi sistematik terhadap alternatif-alternatif pada tahap-tahap hasil = konsensus
Tahap IV : mengubah konsensus menjadi keputusan
Tahap V : mematuhi keputusan yang diam
Selasa, 02 November 2010
Perspektif Teoritis
Perspektif Teoritis
1. Teori Perilaku Kolektif
Kolektif : kumpulan individu yang lebih daripada skedar agregrat, tapi juga
bukan kelompok sebenarnya
Tipe kolektif:
a. Social Agregrat : collective outburst (riots, mobs, dsb)
b. Collective Movement : organisasi politik, kampanye nasional, dsb
a. Teori Konvergen
Agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd
memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.
b. Teori Contagion (Penularan)
Emosi dan perilaku dapat ditransmisi ‘(ditular)’ dari satu orang ke orang lain
sehingga orang cenderung berperilaku sangat mirip dengan orang lain.
c. Teori Emergent-Norm (Perkembangan Norma)
Teori gabungan konvergen – contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya
kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh
pada norma yang relevan dalam situasi tertentu.
1. Teori Perilaku Kolektif
Kolektif : kumpulan individu yang lebih daripada skedar agregrat, tapi juga
bukan kelompok sebenarnya
Tipe kolektif:
a. Social Agregrat : collective outburst (riots, mobs, dsb)
b. Collective Movement : organisasi politik, kampanye nasional, dsb
a. Teori Konvergen
Agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd
memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.
b. Teori Contagion (Penularan)
Emosi dan perilaku dapat ditransmisi ‘(ditular)’ dari satu orang ke orang lain
sehingga orang cenderung berperilaku sangat mirip dengan orang lain.
c. Teori Emergent-Norm (Perkembangan Norma)
Teori gabungan konvergen – contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya
kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh
pada norma yang relevan dalam situasi tertentu.
Deindividuasi
Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri ( self awareness ) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anominitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu (Festinger, Pepilone, & newcomb, 1952).
-» Keadaan ini menurut Mullen (1996) dapat membawa individu kepada perilaku dibatas norma-norma. Pada kumpulan orang beringas yang sedang memyiksa (lyching mob), semakin besar jumlah. Mob, semakin lupa diridan semakin kejam kelakuannya, sampai mereka mau membakar korban hidup-hidup, memotong-motong korbannya, dan sebagainya. Pengertian evaluatif terhadap diri sendiri sangat menurun karena semua orang (dalam mob) melakukannnya. Orang jadi dapat mengatribusikan perilakunya senndiri kepapda situasi diluar dirinya, bukan pada kemauan atau pilihannya sendiri. Rasa tanggung jawabnya menurun dan dengan begitu ia mampu melakukan hampir segala hal yang melawan norma.
-» Keadaan ini menurut Mullen (1996) dapat membawa individu kepada perilaku dibatas norma-norma. Pada kumpulan orang beringas yang sedang memyiksa (lyching mob), semakin besar jumlah. Mob, semakin lupa diridan semakin kejam kelakuannya, sampai mereka mau membakar korban hidup-hidup, memotong-motong korbannya, dan sebagainya. Pengertian evaluatif terhadap diri sendiri sangat menurun karena semua orang (dalam mob) melakukannnya. Orang jadi dapat mengatribusikan perilakunya senndiri kepapda situasi diluar dirinya, bukan pada kemauan atau pilihannya sendiri. Rasa tanggung jawabnya menurun dan dengan begitu ia mampu melakukan hampir segala hal yang melawan norma.
Langganan:
Postingan (Atom)