Senin, 21 Februari 2011

Siapakah Penentu Keberhasilan Saya?

Dalam hidup ini kita selalu dihadapkan pada kenyataan peristiwa, di mana ada orang yang punya perjalanan karir lancar, cepat meroket, dan "hoki-an" alias gampang mendapatkan pekerjaan di tempat lain. Memulai dari staff baru, masuk dalam kelompok karyawan yang diperhitungkan, menduduki posisi manajer, memimpin kantor cabang dan seterusnya bahkan ada yang sampai menjadi calon menantu orang atasan di perusahaan.
 
Di sisi lain ada juga yang menghadapi perjalanan karir penuh duri, lamban bergerak, dan kalau mau memutuskan pindah ke tempat lain, rasanya susah sekali mendapatkan gantinya hingga kemudian balik lagi ke tempat yang lama. Ada juga orang yang dari dulu sampai sekarang, posisinya itu-itu saja bahkan masalah gaji dan perlakuan lain-lain sudah kalah ketinggalan, meski secara usia dan lama bekerja, ia termasuk orang yang paling lama bekerja. Keragaman kenyataan itu membuat kita bertanya-tanya, apa yang membedakan keberhasilan  dan kegagalan tersebut? 

Alternatif Jawaban


Dari praktek hidup sehari-hari sedikitnya kita menemukan tiga alternatif pilihan siapa penentu kemajuan atau kemunduran saya: 
  1. "Si nasib"
  2. "Si peluang" (kita gagal karena "si peluang" memilih hinggap di orang lain)
  3. Diri sendiri (karena usaha dan prestasi diri kita sendiri)
Jawaban manakah yang paling benar?

Dalam buku The Failing Forward, John C Maxwell menulis bahwa keberanian untuk menggunakan alternatif jawaban ke-3 lah yang menjadi pembeda: antara kemajuan yang berasal dari kegagalan, atau kemunduran karena kegagalan (failing backward).

Belajar Memotivasi Diri Sendiri


a.  Nasib

Kita perlu memahami nasib, dalam prinsip aktif-optimum-seimbang): 100 % Tuhan  dan 100 % manusia (aktif-optimum-seimbang). Untungnya apa?
Dengan memilih pengertian ini berarti kita berani menuding diri sendiri secara positif bahwa nasib buruk yang menimpa karir kita bukan disebabkan oleh siapa-siapa tetapi kitalah yang secara tidak sadar memilih untuk diam. Jadi, kita sendiri lah yang harus memprakarsai tindakan-tindakan yang kalau kita lakukan akan membuat posisi karir kita bergerak naik.
Sebaliknya jurus ini juga sangat menolong kita dari kealpaan terhadap Tuhan, saat kita sedang bahagia, kaya, sejahtera, mujur. Kemewahan, prestasi, dan kesukesan sering membuat kita lupa akan Tuhan. Kita sering terlalu sombong, terlalu bangga pada diri sendiri dan sombong terhadap Tuhan.

b.  Peluang

Selama ini kita sering menyimpulkan bahwa nasib buruk yang menimpa karir kita adalah karena kita tidak diberi peluang maju oleh kantor sebagaimana yang dialami orang  lain. Ubahlah pemahaman itu dengan melihat peluang dari sisi lain:  bahwa orang lain tidak akan memberi peluang selama kita tidak mencari, menciptakan, memberi dan membuka diri untuk peluang.  Contoh tindakan kongkrit:

  • Tidak perlu menunggu diberi kesempatan belajar tetapi kitalah yang perlu menciptakan kesempatan untuk belajar dari pekerjaan yang selama ini kita tangani. Belajar berarti mengubah ketidakmampuan menjadi kemampuan - keterampilan dan kompetensi baru.
  • Tidak perlu menunggu paksaan wajib belajar tetapi kitalah yang perlu menanamkan betapa pentingnya mempelajari pekerjaan itu bagi kepentingan kita (sense of urgency) nanti dan suatu saat.
  • Tidak perlu menunggu kepastian apa untungnya kalau kita mempelajari pekerjaan tetapi kitalah yang memastikan keuntungan itu (result and benefit).
  • Tidak perlu menunggu dilindungi atasan kalau kita salah tetapi kitalah yang memberanikan diri untuk mengutak-utik cara mengerjakan pekerjaan yang lebih efektif dan efisien dengan tetap menjaga Tidak perlu menunggu kekalahan telak untuk bangkit tetapi kitalah yang perlu memacu semangat hidup kita setiap hari untuk selalu berpikir dan berjalan ke depan, serta tidak memandang kejatuhan sebagai akhir dari segalanya.
  • Tidak perlu menunggu keadaan sampai sempurna untuk bertindak tetapi kitalah yang perlu menyempurnakan keadaan.
  • Tidak perlu menunggu peluang mendatangi kita tetapi kitalah yang mesti menciptakan persiapan atas datangnya peluang.
Menurut hukum kebiasaan dan pengalaman sejumlah orang berprestasi di bidang kerjanya, peluang  seperti tamu agung yang sensitive dan beradab. Meskipun sudah mendatangi kita dan kita tunggu kedatangannya tetapi kalau cara kita menyambut kedatangannya sambil duduk dan kurang semangat, dia akan cepat pamit meninggalkan kita karena tersinggung. Pengalaman Norman Vincent Peale menyimpulkan: "Saya adalah orang yang paling percaya pada keberuntungan. Semakin giat saya bekerja saya merasakan semakin banyak keberuntungan yang mendatangi saya". 

c.  Membangun diri

Untuk menjawab berbagai kelemahan yang tidak kita ciptakan dengan sengaja (akibat dari  pembawaan lahir atau pengalaman negatif masa lalu) strategi yang mungkin kita lakukan adalah strategi  3A milik Murdo Macleod dalam "7 Steps to Mental mastery" berikut ini:  
  • A1 = Accept (menerima)
  • A2 = Ask (mempertanyakan)
  • A3 = Action (melakukan)
Terlebih dahulu, kita perlu belajar mengembangkan sikap menerima dan/atau memaafkan masa lalu (diri sendiri maupun orang-orang yang terlibat/ berpengaruh dalam kehidupan kita). Agar kita bisa memaafkan maka kita perlu menciptakan pertanyaan yang mengarah pada penemuan positif dari pengalaman / keadaan di masa lalu (mengambil hikmahnya). Makna positif itu, mendorong kita semakin memahami apa sebenarnya yang menjadi panggilan hidup kita, dan apa kontribusi pengalaman tersebut terhadap "asset mental" diri sendiri dan terhadap perkembangan diri hingga saat ini. Pemahaman akan panggilan dan arah kehidupan, dan pemahaman akan "asset mental" serta kemampuan actual saat ini, membuat tindakan, pola pikir dan sikap kita lebih terencana, konstruktif, positif dan bertujuan (positif).
Dinamika kehidupan yang harus dihadapi setiap manusia, perlu di respon secara tepat. Tidak ada salahnya jika kita bersikap kritis, mempertanyakan segala sesuatu untuk menemukan makna dan nilai utama - yang amat berarti bagi perjalanan menuju kedewasaan dan keberhasilan hidup. Janganlah kita membatasi diri (self limitting belief), dengan pola pikir yang keliru atau dengan strategi/ cara-cara yang terbatas. Lain persoalan, lain pula cara menghadapinya. Dengan berpikir positif  dan bersikap proaktif dalam menghadapi hidup ini, yakinlah bahwa kita dapat memiliki kehidupan yang lebih baik! Semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar