Jumat, 17 Juni 2011

Berkomunikasi Dengan anak

Berkomunikasi dengan anak baik secara verbal maupun non verbal sangat diperlukan dalam sebuah keluarga. Komunikasi akan menjembatani hubungan yang harmonis antaranggota keluarga, serta bisa membantu menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam sebuah keluarga. Permasalahan yang tidak tuntas dalam sebuah keluarga seringkali menjadi penghambat perkembangannya secara psikis dan mental. Padahal, kedua faktor ini sangat penting untuk menunjang masa depannya.
Berkomunikasi dengan anak tidak selalu harus berhubungan dengan hal-hal yang bersifat serius. Dimulai dari hal-hal kecil yang menyenangkan, misalnya seputar dunia bermainnya, kegiatan yang paling disukainya selain bermain, teman-temannya, atau tayangan televisi yang sering ditontonnya. Di masa kanak-kanak, komunikasi verbal merupakan hal terpenting yang harus dilakukan orang tua secara proaktif karena di masa inilah anak belajar banyak hal, termasuk berbicara, ngobrol dan bercerita. Selain itu, anak juga akan meniru banyak hal dari lingkungan terdekatnya, terutama orang tua dan keluarga.
Ngobrol atau curhat dalam situasi yang nyaman bisa menumbuhkan keterbukaan sifat dan sikap anak terhadap diri dan lingkungannya. Dengan bercerita dan berbagi dengan orang tuanya tanpa adanya tekanan anak akan merasa dihargai, didengarkan dan dicintai, sehingga tumbuh menjadi pribadi yang hangat, ramah, percaya diri dan tidak kaku. Mengajak anak berbicara dapat dikatakan melatih anak untuk bisa berkomunikasi dua arah, belajar mengungkapkan perasaan dan pemikirannya, serta mengasah kemampuan verbalnya dengan benar. Lebih jauh lagi, komunikasi melalui ngobrol, curhat atau saling berbagi cerita bisa lebih mendekatkan dan mengeratkan kasih sayang antara orang tua dengan anak.
Bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan anak?
Ada beberapa cara sederhana untuk menjalin komunikasi yang harmonis dengan anak. Pertama, tahu sikon. Hal ini juga termasuk memahami karakter dan sifat anak. Ketika anak terlihat tidak mood untuk diajak bicara atau situasi rumah sedang tidak nyaman untuknya, jangan dulu diajak bicara. Biarkan ia melepaskan bebannya atau menetralisir perasaannya hingga moodnya kembali. Dengan demikian, kita memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelami masalah, memahaminya dan mungkin bisa diselesaikannya sendiri. Kedua, menciptakan suasana obrolan yang nyaman, sehingga anak merasa tenang dan leluasa untuk bicara atau bercerita. Ketiga, usahakan untuk tidak memotong ucapan anak, biarkan ia menyelesaikan kalimat atau ceritanya, sehingga ia juga terbiasa untuk tidak memotong ucapan kita. Ini merupakan latihan untuk menghormati dan menghargai pembicaraan orang lain. Keempat, jangan menghakimi/men-judge ketika anak sedang bercerita atau mencurahkan permasalahannya. Dengar dan simaklah dengan saksama. sikap menghakimi akan membuat anak merasa direndahkan dan bisa berakibat ia tidak mau lagi curhat dengan orang tuanya. Kelima, berikan motivasi dan ilmu dalam setiap pembicaraan, sekalipun dengan nada bercanda atau bergurau. Ini akan membuatnya rileks, merasa tidak digurui dan didikte oleh orang yang lebih dewasa dan tanpa disadarinya ia mendapatkan ilmu dari setiap pembicaraan dengan orang tuanya. Kelak, ia bisa mudah belajar dari apa yang ia lihat, ia dengar dari hal-hal kecil sekalipun. Keenam, biarkan ia berbicara secara ekspresif, mengungkapkan perasaannya, pemikiran dan harapan-harapannya. Hal ini merupakan latihan untuk bebas berpendapat dan mengasah kemampuan menyelesaikan setiap permasalahan dengan komunikasi

1 komentar:

  1. Berkomunikasi dengan anak tidak selalu harus berhubungan dengan hal-hal yang bersifat serius. Ini adalah hal kecil yang jarang dikerjakan ortu..maka muai sekarang bisa mencoba..Manfaat Ikan untuk Kesehatan

    BalasHapus