Jumat, 17 Juni 2011

Manfaat Menulis Untuk Kesehatan Mental

Menulis bisa membuat gila? Lalu untuk apa menulis?
Bagi sebagian orang, menulis dianggap membosankan. Buang waktu hanya untuk sebuah tulisan yang belum tentu dibaca, disukai atau dinikmati orang lain. Sah-sah saja sih berpendapat seperti itu karena tiap orang punya kepentingan dan keinginan yang berbeda dengan menulis. Bagi yang telanjur menganggap menulis itu gak penting, luangkan sedikit waktu untuk sekedar merenung : apa arti tulisan dan mengapa orang mau menulis bahkan bisa menulis. Alasannya pasti beragam, mulai dari sekedar hobi, mengembangkan bakat (alih-alih jadi bakat ku butuh…), kepuasan mengekspresikan pikiran dan perasaan, tuntutan pekerjaan dan yang paling “menjual” bisa mempengaruhi dan mengubah pikiran orang lain atau menginspirasi orang lain. Apa sebenarnya yang menarik dari kegiatan menulis? Adakah manfaat menulis untuk kesehatan mental kita?
Menulis ternyata memiliki banyak keunikan dan manfaat. Keunikan menulis akan dirasakan ketika kita menikmati kegiatan itu ( mungkin saya termasuk orang yang sangat menikmati kegiatan menulis). Keunikan pertama dari kegiatan menulis bisa tercermin lewat kepuasan batin bahkan memberikan pengaruh bagi pola hidup si penulis.  Secara aktivitas, menulis memang membutuhkan waktu yang kadang-kadang tak sedikit. Bisa berjam-jam, berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Apalagi jika tulisan yang dibuat bersifat riset ilmiah atau sebuah discovery, waktu yang dibutuhkan bisa bertahun-tahun. Namun, proses itu akan terasa begitu berharga ketika hasil itu diapresiasi dan memberi banyak manfaat. Sebuah kepuasan yang tidak terbeli dengan nilai material. Kepuasan batin ini akan memberikan pengaruh positif terhadap kondisi mental si penulis. Misalnya, bisa memotivasi kreativitas dan rasa percaya dirinya untuk menghasilkan tulisan yang lebih baik.
Keunikan lain dari  menulis ialah bisa membuat gila. Mengapa? karena menulis itu memerlukan ide, masalah dan tujuan. Orang bisa menjadi gila baca dan gila pengetahuan untuk mendapatkan inspirasi bagi tulisannya; gila-gilaan mengasah imajinasi untuk menemukan ide-ide gila dan mengembangkan cerita pada tulisannya. Orang juga bisa segila mungkin menggali pengalaman individual dan sosial untuk menemukan masalah serta data-data pendukung tulisan; memiliki semangat, kemauan dan strategi yang gila untuk menuangkan ide, merumuskan dan mencapai tujuan dari tulisannya; serta menjadi gila kerja untuk menghasilkan karya yang luar biasa. Berkaitan dengan ini, ada sejumlah orang yang harus menulis terlebih dahulu agar ia bisa tertidur. Ini menunjukkan adanya koneksi antara kepuasan hati dengan ketenangan pikiran dengan mengekspresikan dorongan hasrat dan imajinya. Makanya, saya sebut menulis bisa membuat orang menjadi gila, maksudnya menggilai aktivitas itu.
Keunikan di atas bersimultan dengan manfaat menulis. Menulis dapat menjadi tempat menyalurkan perasaan dan pendapat yang jika disimpan bisa berdampak negatif bagi tubuh dan pikiran secara fisik dan mental. Sebagaimana diungkapkan James Pennebaker, Ph.D, dan Janet Seager, Ph.D, dalam jurnal Clinical Psychology bahwa orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memberi kekuatan positif pada tubuh kita. Dengan memahami ini, maka menulis bisa menjadi kekuatan dan sebuah tulisan bisa menjadi kekuatan bagi penulis bahkan pembacanya. Cobalah baca Chicken Soup dengan berbagai serinya. Kisah-kisah nyata yang begitu inspiratif dan mampu membuka cakrawala hati pembacanya. Di sanalah kekuatan sebuah tulisan berbicara. Banyak lagi tulisan-tulisan yang berkekuatan, seolah-olah memiliki daya magis yang bahkan bisa mengubah pola pikir pembacanya. Jika kita kaitkan dengan kegilaan menulis, hal ini sangat simultan. Kegilaan seperti ini tidak selalu buruk bagi mental seorang penulis, meskipun ada beberapa kejadian pada penulis novel yang memiliki kelainan psikologis karena terpengaruh tulisannya sendiri. Sebagaimana penemuan Pennebaker, tidak sedikit pasien penderita trauma mengalami kesembuhan setelah menjalani terapi menulis, sehingga dalam beberapa tahun terakhir, menulis dikembangkan menjadi media therapis oleh para psikolog dan psikiater.
Manfaat lain dari menulis ialah kita bisa menghargai data dan waktu. Joel Saltzman dalam bukunya If You Can Speak You Can Write mengungkapkan bahwa menulis tidak berhenti pada langkah pertama. Artinya, menulis tidak cukup sekali dan sekali jadi, tetapi diperlukan upaya untuk menulis kembali. Penyuntingan, revisi, dan penulisan kembali merupakan langkah penting untuk menyempurnakan hasil tulisan. Seorang penulis perlu memeriksa kembali tulisannya secara kritis dan objektif mengenai berbagai hal, khususnya dalam ketepatan pemilihan kata, contoh, dan ilustrasi, serta menghindari kesalahan dalan penyusunan kalimat. Ini menunjukkan bahwa waktu sangat berharga untuk dimanfaatkan bagi seorang penulis dan menulis membutuhkan waktu apalagi untuk menghasilkan tulisan yang memiliki kekuatan. Penghargaan atas waktu berpengaruh positif terhadap kestabilan dan kesehatan mental si penulis. Orang yang menghargai waktu merupakan orang yang mampu dan mau memanfaatkan waktu sesempit apa pun untuk kebermaknaan hidup, sehingga dengan sendirinya akan membangun mentalitas dan pola pikirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar