Lalu apa arti quality time? Mengapa muncul istilah quality time? Apa manfaatnya untuk kita dan bagaimana cara memanfaatkannya? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini seringkali muncul di benak saya dan tulisan ini merupakan renungan juga motivasi bagi saya sendiri untuk lebih menghargai waktu.
Quality time memang tidak bisa didefinisikan secara “paten” bagi setiap orang karena kebutuhan dan cara pandang orang terhadap waktu yang berkualitas itu sendiri tidak benar-benar sama. Jika saja semua orang mampu memanfaatkan waktunya secara berkualitas sesuai dengan pandangannya itu, maka mungkin saja kita tidak memerlukan lagi istilah quality time itu. Akan tetapi, lagi-lagi kita harus mengakui dan menyadari keterbatasan kita sebagai manusia. Untuk bisa memahami makna waktu yang berkualitas bagi diri kita sendiri, kita memerlukan panduan pembelajaran mengenai manajemen waktu, sehingga setiap hari dan dalam segala kegiatan senantiasa kita niatkan untuk bisa memanfaatkan waktu secara berkualitas. Dengan demikian, quality time bisa kita maknai sebagai manajemen penggunaan waktu yang bisa kita manfaatkan untuk mengatur dan mensinergikan waktu dengan optimasi benefiditas (kebermanfaatan) atau utility (kebergunaan) setiap aktivitas kita.
Dalam memaknai dan memanfaatkan quality time tidak lepas dari faktor kebutuhan dan keinginan kita, baik sehari-hari maupun yang terencana dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kebutuhan bisa kita artikan kewajiban dan keinginan bisa kita artikan hak kita. Dalam menjalani semua itu, kita memerlukan manajemen waktu tersebut, sehingga kita mampu menentukan prioritas dalam melakukan sesuatu : yang penting atau yang genting. Praktiknya, kita lebih mendahulukan sesuatu yang genting (urgent) daripada yang penting (important) bagi kita karena sesuatu yang genting lebih menuntut, mendesak dan harus segera ditangani. Padahal, jika kita cermati, sesuatu yang genting itu bisa saja terjadi karena faktor kelalaian kita untuk mengelola sesuatu yang penting. The important thing sometime can be the urgent thing. Berkaitan dengan ini, quality time bermanfaat sebagai panduan bagi kita dalam menentukan prioritas tersebut, sehingga hidup kita sendiri lebih berkualitas. Sesuatu yang penting lebih pantas diprioritaskan sebelum hal itu menjadi genting, dan ketika kegentingan itu terjadi bukan karena faktor membiarkan kepentingan, maka sepantasnyalah kegentingan itu didahulukan.
Memanfaatkan quality time sering pula dikaitkan dengan cara kita menghargai dan memanfaatkan waktu, serta menghabiskan waktu dan dengan aktivitas yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan sebuah kebersamaan, kedekatan dan kekuatan sebuah hubungan batin, serta harmonisnya jalinan komunikasi dalam sebuah hubungan, seperti keluarga, pertemanan atau persaudaraan. Para pakar sering menegaskan bahwa bukan hanya intensitas pertemuan yang membuat sebuah hubungan harmonis, tetapi bagaimana kita dapat memanfaatkan waktu yang kita punya lebih intensif untuk kebersamaan itu, sehingga menjadi sesuatu yang berharga, komunikatif, menyenangkan, nyaman dan membahagiakan pasangan atau keluarga kita. Dengan demikian, quality time menjadi faktor psikologis yang bermanfaat dalam membangun kesehatan dan kenyamanan hati bahkan pikiran kita.
Dari sudut pandang agama, quality time berarti manajeman, yakni kedisiplinan dan kesungguhan dalam memanfaatan waktu. Bagaimana kita mampu mengelola waktu yang kita punya dengan sebaik-baiknya (benefiditas dan utility), dan tidak menyia-nyiakannya. Hal ini dapat dikaitkan dengan mengerjakan yang 5, sebelum datang yang 5, yaitu :
- Memanfaatkan masa kaya sebelum datang masa sulit (miskin)
- Memanfaatkan masa sehat sebelum datang masa sakit
- Memanfaatkan masa senggang sebelum datang kesempitan
- Memanfaatkan masa muda sebelum datang masa tua
- Memanfaatkan masa hidup kita sebelum datang kematian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar